PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS
Akun-akun utama yang terdapat dalam siklus penjualan dan penerimaan kas:
1. Penjualan
2. Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
3. Beban piutang Tak Tertagih
4. Potongan Tunai yang Diambil
5. Piutang Usaha Dagang
6. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
7. Kas di Bank (debit dari penerimaan kas)
Pengakuan Pendapatan
Transaksi
yang menghasilkan pendapatan biasanya terdiri dari penjualan barang
atau penyerahan jasa. Pendapatan didefinisikan sebagai aliran masuk atau
kenaikan lain aktiva suatu entitas atau pelunasan piutang utang
(kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,
penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama.
Pengakuan dan pengukuran laporan laporan keuangan pada perusahaan
bisnis, mensyaratkan bahwa sebelum pendapatan diakui (dicatat),
pendapatan terlebih dahulu direalisasikan dan dihasilkan. Pendapatan
direalisasikan bila barang atau jasa ditukar dengan
kas, kesanggupan untuk membayar kas, atau aktiva lain yang dapat dipertukarkan dengan kas. Pendapatan dihasilkan bila entitas secara substansial telah menyelesaikan proses pendapatan, yang pada umumnya berarti bahwa barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan.
kas, kesanggupan untuk membayar kas, atau aktiva lain yang dapat dipertukarkan dengan kas. Pendapatan dihasilkan bila entitas secara substansial telah menyelesaikan proses pendapatan, yang pada umumnya berarti bahwa barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan.
Beberapa kriteria untuk pengakuan pendapatan :
1. Bukti meyakinkan bahwa terdapat suatu perjanjian.
2. Pengiriman telah dilakukan atau jasa telah diberikan
3. Harga jual sudah pasti atau dapat ditentukan
4. Kolektibilitas dapat dijamin dengan memadai.
Standar
audit tentang kecurangan mensyaratkan bahwa auditor seharusnya telah
menduga sebelumnya bahwa terdapat risiko salah saji material yang
disebabkan kecurangan atas pengakuan pendapatan. Auditor harus waspada
atas persoalan-persoalan berikut sehubungan dengan pengakuan pendapatan:
1.
Perjanjian sampingan adalah perjanjian yang digunkana untuk mengubah
persyaratan dan kondisi penjualan yang telah dicatat agar dapat membujuk
pelanggan untuk menerima pengiriman barang dan jasa.
2.
Penumpukkan saluran distribusi adalah praktek pemasaran yang
kadang-kadang digunakan pemasok untuk mendorong penjualan dengan cara
membujuk distributor untuk membeli lebih banyak persediaan daripada yang
dapat mereka jual dengan cepat.
Gambaran umum Proses Pendapatan
Jenis-jenis transaksi dan akun laporan keuangan yang terpengaruh dalam proses pendapatan adalah:
1. Penjualan barang atau penyerahan jasa secara tunai atau kredit
2. Penerimaan kas dari pelanggan sebagai pembayaran atas barang dan jasa
3. Pengembalian barang oleh pelanggan secara kredit atau tunai
Dokumen dan catatan yang terdapat dalam proses pendapatan:
1. Pesanan penjualan pelanggan (customer sales order)
Dokumen
ini berisi rincian jenis dan jumlah produk atau jasa yang dipesan oleh
pelanggan. Pesanan penjualan dapat dibuat dan dikirimkan oleh tenaga
penjualan, dikirim atau di faks, atau di terima melalui telepon atau
internet. Pada contoh earthwarker, pegawai penerima pesanan memasukkan
informasi yang terdapat penjualan, yang dikirim atau di faks oleh
pelanggan, ke dalam sistem pendapatan. Penjualan melalui telepon atau
internet dimasukkan secara langsung ke dalam program validasi data.
2. Formulir persetujuan kredit (credit approval form)
Jika
pelanggan membeli barang secara kredit dari klien untuk pertama kali,
klien harus memiliki prosedur normal untuk menginvestigasi kelayakan
kredit dari pelanggan. Hasil dari prosedur ini didokumentasikan dalam
suatu jenis formulir persetujuan kredit.
3. Laporan pesanan yang belum terselesaikan ( open-order report)
Merupakan
laporan seluruh pesanan pelanggan yang belum selesai di proses. Pada
beberapa proses pendapatan, jika pesanan pelanggan telah di terima,
pesanan kemudian dimasukkan ke dalam sistem. Setelah barang dikirimkan
dan di tagih, maka harus di catat sebagai pesanan yang telah terpenuhi.
4. Dokumen pengiriman (shipping document)
Dokumen
pengiriman harus dibuat setiap kali barang dikirimkan kepada pelanggan.
Dokumen ini biasanya juga merupakan konosemen atau surat jalan (bill of
lading) dan berisikan informasi jenis dan jumlah produk yang
dikirimkan, serta informasi relevan lain. Pada beberapa sistem
pendapatan, dokumen pengiriman, dan konosemen merupakan dokumen
terpisah. Salinan dokumen pengirimkan ke pelanggan, sedangkan salinan
lain digunakan untuk memulai proses penagihan.
5. Faktur penjualan (sales invoice)
Dokumen
ini digunakan untuk menagih pada pelanggan,. Faktur penjualan berisikan
informasi jenis, jumlah, harga dan syarat penjualan produk atau jasa.
Faktur penjualan asli biasanya dikirimkan ke pelanggan, dan
salinan-salinannya didistribusikan kepada departemen-departemen lain
dalam organisasi. Faktur penjualan khususnya merupakan sumber dokumen
yang menandai pengakuan pendapatan.
6. Jurnal penjualan ( sales journal)
Bila
faktur penjualan telah diterbitkan, penjualan harus di catat dalam
catatan akuntansi. Jurnal penjualan di gunakan untuk mencatat informasi
yang diperlukan untuk tiap transaksi penjualan.
7. Laporan transaksi pelanggan (customer statement)
Dokumen
ini biasanya dikirimkan kepada pelanggan setiap bulan laporan ini
terdiri atas rincian seluruh transaksi-transaksi penjualan, penerimaan
kas dan memorendum kredit yang di proses dalam akun pelanggan untuk
suatu periode.
8. Buku besar pembantu piutang usaha (account receivable subsidiary ledger)
Buku
besar pembantu piutang usaha terdiri atas rekening dan rincian
transaksi untuk setiap pelanggan. Transaksi yang di catat pada jurnal
penjualan dan jurnal penerimaan kas dibukukan pada rekening pelanggan
yang sesuai pada buku besar pembantu.
9. Neraca saldo umur piutang usaha ( aged trial balance of account receivable)
Laporan
ini, yang biasanya disiapkan mingguan atau bulanan, meringkas seluruh
saldo pelanggan pada buku besar pembantu piutang usaha. Saldo pelanggan
dilaporkan untuk setiap kategori ( seperti kurang dari 30 hari, 30 - 60
hari, 60-90 hari, lebih dari 90 hari) berdasarkan jangka waktu dari
tanggal faktur penjualan.
10. Nota pembayaran (remittance advice)
Dokumen
ini biasanya di kirimkan bersamaan dengan tagihan kepada pelanggan dan
dikembalikan bersamaan dengan pembayaran pelanggan atas barang atau
jasa. Nota pembayaran terdiri dari informasi sehubungan dengan faktur
mana yang di bayar oleh pelanggan.
11. Jurnal penerimaan kas (cash receipt journals)
Jurnal
ini digunakan untuk mencatat penerimaan kas perusahaan. Jurnal
penerimaan kas terdiri dari kolom untuk mendebit kas, mengkredit piutang
usaha, dan mengkredit akun lain seperti penjualan barang sisa atau
pendapatan bunga.
12. Memorendum kredit ( credit memorandum)
Dokumen
ini digunakan untuk mencatat kredit atas pengembalian barang pada
rekening pelanggan atau untuk mencatat potongan yang akan diberikan
pelanggan.
13. Otorisasi penghapusan (write-off authorization)
Dokumen
ini mengotorisasi penghapusan piutang tak tertagih. Biasanya di proses
di mulai oleh departemen kredit, dengan persetujuan akhir pada bagian
keuangan.
Fungsi - fungsi utama
Tujuan
pokok proses pendapatan adalah menjual barang atau jasa yang dihasilkan
entitas dengan harga dan persyaratan yang konsisten dengan kebijakan
perusahaan antara lain:
1. Pesanan Pesanan (Order Entry)
Fungsi
pertama pada proses pendapatan adalah memasukkan pesanan penjualan baru
ke dalam system. Penjualan barang atau jasa harus konsisten dengan
kriteria otorisasi manajemen sebelum di catat dalam proses pendapatan.
2. Otorisasi kredit (credit Authorization)
Fungsi
otorisasi kredit adalah menetapkan apakah pelanggan memiliki kemampuan
untuk membayar barang atau jasa. Kelalaian untuk melaksanakan fungsi ini
secara memadai dapat menyebabkan kerugian piutang tak tertagih.
3. Pengiriman (Shipping)
Setelah
disetujui, fungsi pengiriman akan melakukan pengiriman barang sesuai
pesanan. Tanpa otorisasi yang pantas, barang seharusnya tidak dikirimkan
atau jasa seharusnya tidak diberikan.
4. Penagihan (Billing)
Tanggung
jawab utama dari fungsi penagihan adalah memastikan bahwa seluruh
barang yang telah dikirimkan dan jasa yang telah diberikan di tagih
dengan harga dan persyaratan yang sudah di otorisasi. Pengendalian kunci
di sini adalah bahwa memorandum kredit tidak akan diterbitkan kecuali
barang telah dikembalikan. Dokumen penerimaan juga harus diterbitkan
terelebih dahulu oleh departemen penerimaan yang menyatakan bahwa barang
yang dikembalikan telah diterima.
5. Penerimaan Kas ( Cash Receipts)
Fungsi
penagihan harus memastikan bahwa seluruh penerimaan kas telah
diindentifikasi dengan pantas dan dengan segera di setor secara utuh ke
Bank. Banyak perusahaan menggunakan system lockbox, dimana pembayaran
dari pelanggan di kirim langsung ke bank entitas. Bank kemudian
mengirimkan arsip transaksi penerimaan kas dan nota pembayaran kepada
entitas. Pada situasi di mana pembayaran dikirim langsung ke entitas,
cek harus disahkan oleh pihak yang memiliki otorisasi dan sebuah
preslisting atau daftar pengendalian yang dibuat. Seluruh cek harus
disetorkan secara harian.
6. Piutang Usaha ( Account Receivable)
Fungsi
piutang usaha bertanggungjawab untuk memastikan bahwa seluruh tagihan,
penyesuaian, dan penerimaan kas telah di catat dengan benar pada catatan
piutang pelanggan.
7. Buku Besar (General Ledger)
Tujuan
utama dari fungsi buku besar sehubungan dengan proses pendapatan adalah
untuk memastikan bahwa seluruh pendapatan, penagihan dan piutang telah
diakumulasikan, diklasifikasikan, dan diringkas pada akun-akun yang
tepat.
8. Pemisahan Tugas Kunci
Salah-satu
pengendalian yang terpenting dalam system akuntansi adalah pemisahan
tugas yang memadai. Oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam
fungsi -fungsi pencatatan pesanan, kredit, pengiriman, atau penagihan
tidak boleh memiliki akses ke catatan piutang usaha, buku besar, atau
kegiatan penerimaan kas.
9. Penentuan Risiko Bawaan
Pada
saat memeriksa proses pendapatan, auditor harus memperrtimbangkan
factor risiko bawaan yang dapat mempengaruhi baik transaksi pendapatan
maupun penerimaan kas dan akun laporan keuangan yang dipengaruhi oleh
kedua transaksi tersebut. Keempat faktor risiko bawaan yang dapat
mempengaruhi proses pendapatan adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang terkait dengan industri
Faktor-faktor
seperti profitabilitas dan kesehatan industri di mana perusahaan
beroperasi, tingkat kompetensi dalam industri, dan tingkat perubahan
teknologi industri mempengaruhi potensi salah-saji dalam laporan
keuangan. Sebagai contoh, jika industri mengalami penurunan permintaan
atas produk, entitas dapat menghadapi penurunan volume penjualan yang
dapat menyebabkan kerugian operasi dan arus kas yang rendah. Sama
halnya, kompetisi dalam industri dapat mempengaruhi kebijakan penetapan
harga entitas, persyaratan kredit, dan garansi produk. Jika factor yang
terkait dengan industri seperti di atas ada, maka manajemen bisa
terlibat dalam kegiatan yang menimbulkan salah saji.
b. Kompleksitas dan perdebatan atas persoalan pengakuan pendapatan
Bagi
kebanyakan entitas, pengakuan pendapatan bukan merupakan masalah besar
karena pendapatan diakui pada saat produk dikirimkan atau jasa
diberikan. Akan tetapi, pada beberapa entitas pengakuan pendapatan dapat
melibatkan perhitungan yang kompleks. Sebagai contoh adalah pengakuan
pendapatan atas perjanjian konstruksi jangka panjang, perjanjian jasa
jangka panjang, perjanjian sewa, dan penjualan cicilan. Dapat terjadi
perselisihan antara manajemen dan auditor kapan pendapatan, beban, dan
keuntungan terkait harus diakui. Dalam keadaan seperti ini, auditor
harus menentukan risiko bahwa terdapat salah saji material sebagai
tinggi.
c. Kesulitan audit atas transaksi dan saldo akun
Akun-akun
yang sulit untuk diaudit dapat menjadi masalah risiko bawaan bagi
auditor. Di samping itu persoalan pengakuan pendapatan seperti yang
telah dibahas sebelumnya, penyisihan atas piutang tak tertagih dapat
menjadi sulit untuk diaudit karena subjektivitas dalam penetapan
nilainya.
d. Salah saji yang terdeteksi dalam audit periode sebelumnya.
Keberadaan
salah saji dalam audit periode sebelumnya merupakan indicator yang baik
bahwa akan terdapat salah saji dalam audit periode berjalan.
Prosedur Pengendalian dan Pengujian Pengendalian Transaksi Pendapatan
Proses
Pengambilan keputusan oleh auditor untuk perencanaan dan pelaksanaan
pengujian pengendalian termasuk mempertimbangkan asersi dan kemungkinan
salah saji yang dapat terjadi jika pengendalian internal tidak
beroperasi secara efektif. Auditor mengevaluasi system akuntansi klien
untuk menetapkan pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah
saji tersebut. Jika Pengendalian ada dan auditor memutuskan untuk
mengandalkannya, pengendalian tersebut harus diuji untuk mengevaluasi
efektivitasnya. Sebagai contoh, misalkan evaluasi auditor atas proses
pendapatan perusahaan menunjukkan bahwa laporan bulanan dikirimkan ke
pelanggan oleh departemen piutang usaha sedangkan keluhan ditangani oleh
departemen penagihan. Pengendalian ini dimaksudkan untuk mencegah
dicatatnya transaksi penjualan fiktif. Auditor dapat me-review dan
menguji prosedur klien atas pengiriman laporan bulanan dan penanganan
keluhan. Pemilihan atas jenis pengujian pengendalian yang sesuai untuk
suatu asersi ditentukan oleh hal berikut ini:
1. Volume transaksi atau data
2. Sifat atau kompleksitas system yang digunakan perusahaan untuk menproses dan mengendalikan informasi
3. Sifat ketersediaan bukti, termasuk bukti audit dalam bentuk elektronik.
PEMBELIAN, UTANG DAN PENGELUARAN KAS
Pengakuan Beban dan Kewajiban
Beban
adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva suatu badan usaha atau
pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari
pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan
lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Kewajiban
adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang akan timbul di masa yang akan
datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban saat ini dari suatu
badan usaha yang akan dipenuhi dengan menstransfer aktiva atau
memberikan jasa kepada badan usaha lain di masa depan sebagai akibat
dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lalu.
Jenis-jenis Transaksi dan akun laporan keuangan yang terpengaruh dalam proses pendapatan adalah:
1. Pembelian barang dan jasa secara tunai atau kredit
2. Pembayaran kewajiban yang timbul dari transkasi pembelian
3. Retur barang kepada pemasok secara tunai atau kredit
Dokumen dan catatan yang terdapat dalam proses pendapatan:
1. Permintaan Pembelian (Purchase Requisition)
Merupakan dokumen permintaan barang atau jasa dari individual atau departemen yang berwenang dalam perusahaan.
2. Pesanan Pembelian (Purchase Order)
Dokumen ini mencantumkan deskripsi, kualitas, dan kuantitas, atau informasi lain atas barang atau jasa yang hendak dibeli.
3. Laporan Penerimaan (receiving report)
Dokumen ini mencatat penerimaan barang.
4. Faktur Vendor (Vendor Invoice)
Dokumen ini merupakan tagihan dari vendor.
5. Voucher
Dokumen ini seringkali digunakan perusahaan untuk mengawasi pembayaran atas perolehan barang dan jasa.
6. Register Voucher/Jurnal pembelian ( voucher register/purchases journal)
Register voucher digunakan untuk mencatat voucher barang dan jasa.
7. Buku besar pembantu utang usaha (Accounts payable subsidiary ledger)
Jika jurnal pembelian digunakan, buku besar pembantu mencatat transaksi dan saldo utang ke vendor.
8. Laporan vendor (vendor statement)
9. Cek (check)
Dokumen ini, yang ditandatangani oleh pegawai yang berwenang merupakan alat pembayaran barang atas jasa.
10. Jurnal Pengeluaran kas/register cek ( cash disbursements journal/check register)
Jurnal ini mencatat pengeluaran yang dilakukan dengan cek.
Fungsi - fungsi utama
Tujuan
pokok proses pembelian adalah memperoleh barang dan jasa pada harga
yang terendah, dengan kualitas dan jasa yang sesuai dengan persyaratan
dan menggunakan sumber dana kas untuk membayar barang dan jasa tersebut
secara efektif.
1. Permintaan (Requisitioning)
Fungsi
pertama pada proses pembelian adalah permintaan barang atau jasa oleh
pegawai yang memiliki wewenang dari berbagai departemen atau area
fungsional dalam entitas.
2. Pembelian (Purchasing)
Fungsi pembelian melaksanakan pesanan pembelian yang sudah diotorisasi.
3. Penerimaan (Receiving)
Fungsi penerimaan bertanggung jawab atas penerimaan, perhitungan, dan pemeriksaan barang yang diterima dari vendor.
4. Pemrosesan Faktur (Invoice Prosessing)
Departemen
utang usaha memproses faktur untuk memastikan barang dan jasa yang
diterima di catat sebagai aktiva atau beban bersamaan dengan pengakuan
kewajiban yang timbul.
5. Pengeluaran (Disbursement)
Fungsi pengeluaran bertanggungjawab untuk menyiapkan dan menandatangani cek yang akan di bayarkan ke vendor.
6. Utang usaha ( Account Payable)
Departemen
utang usaha bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh faktur
vendor, pengeluaran kas, dan penyesuaian telah di catat dalam catatan
utang usaha.
7. Buku Besar (General Ledger)
Tujuan
utama dari fungsi buku besar sehubungan dengan proses pembelian adalah
untuk memastikan bahwa seluruh pembelian, pengeluaran kas dan utang
telah diakumulasikan, diklasifikasikan, dan diringkas pada akun-akun
yang tepat.
Pemisahan Tugas Kunci
Salah-satu
pengendalian yang terpenting dalam system akuntansi adalah pemisahan
tugas yang memadai. Oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam
fungsi-fungsi permintaan, pembelian dan penerimaan harus terpisah dari
fungsi-fungsi pemrosesan faktur, utang usaha, dan buku besar.
Evaluasi Temuan Audit : Utang Usaha dan akun-akun terkait
Jika
auditor telah menyelesaikan prosedur substantif yang direncanakan,
kemungkinan salah saji (salah saji yang di proyeksikan ditambah cadangan
bagi risiko pengambilan sampel) Utang usaha ditentukan dengan baik
menggunakan teknik sampling statistic ataupun nonstatistik.
PERSEDIAAN DAN PRODUKSI
Persediaan
Perbedaan
jenis usaha akan menimbulkan perbedaan karakteristik persediaan. Pada
perusahaan dagang, persediaan utamanya adalah persediaan barang
dagangan, sedangkan pada perusahaan manufaktur, persediaan yang
digunakan adalah persediaan bahan baku, persediaan dalam proses,
persediaan suku cadang, persediaan bahan habis pakai, dan persediaan
produk jadi. Pengujian yang dilakukan oleh auditor berkaitan dengan
persediaan adalah :
a. Pengujian pengendalian terhadap aktivitas perhitungan fisik persediaan
b. Pengujian substantive terhadap saldo persediaan
Sebelum
menyusun program audit untuk pengujian pengendalian terhadap aktivitas
perhitungan fisik persediaan, terdapat beberapa hal yang harus dipahami
terlebih dahulu yaitu sistem pengendalian intern yang terkait dengan
aktivitas tersebut. Fungsi yang terkait dengan aktivitas perhitungan
fisik persediaan yaitu :
a. Tim perhitungan fisik persediaan
b. Fungsi akuntansi biaya
c. Fungsi akuntansi umum
d. Prosedur yang terkait dengan aktivitas perhitungan fisik persediaan yaitu :
1) Perhitungan fisik
2) Kompilasi
3) Penentuan kos persediaan
4) Adjustment kos persediaan
e. Dokumen yang terkait dengan aktivitas perhitungan fisik persediaan adalah :
1) Kartu perhitungan fisik
2) Bukti memorial
3) Daftar hasil penghitungan fisik
4) Catatan akuntansi yang digunakan dalam aktivitas penghitungan fisik persediaan adalah :
a) Buku pembantu persediaan
b) Jurnal umum
Program audit untuk pengujian pengendalian terhadap aktivitas penghitungan fisik persediaan meliputi :
a. Mempelajari instruksi yang digunakan untuk penghitungan fisik persediaan
b. Melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
c. Melakukan hitung uji (test count)
d. Melakukan pengujian kompilasi (compilation test)
e. Melakukan pengujian kos (pricing test)
f. Melakukan adjustment test
Program audit untuk pengujian substantive terhadap saldo persediaan meliputi :
a. Melakukan prosedur audit awal
b. Melakukan prosedur analitik
c. Melakukan pengujian terhadap transaksi rinci
d. Melakukan pengujian terhadap saldo akun rinci
e. Melakukan verifikasi penyajian dan pengungkapan
Produksi
Siklus
produksi merupakan rangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan
data terkait yang terus terjadi yang berkaitan dengan pembuatan produk
untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.
Siklus produksi mempengaruhi beberapa siklus lainnya yaitu :
a. Siklus pengeluaran dalam pembelian bahan baku dan biaya overhead lainnya.
b. Siklus personalia dalam biaya tenaga kerja.
c. Siklus pendapatan dalam penjualan barang jadi.
Program audit untuk pengendalian terhadap siklus produksi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a. Program audit untuk pengujian pengendalian transaksi manufaktur.
Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian transaksi manufaktur dilaksanakan melalui beberapa tahap berikut :
1) Pemahaman terhadap fungsi yang terkait dalam manufaktur.
2) Pemahaman terhadap dokumen dan catatan yang terkait pada transaksi manufaktur.
3) Penentuan kemungkinan salah saji potensial pada transaksi manufaktur.
4) Penentuan aktivitas pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji potensial pada transaksi manufaktur.
5) Penentuan prosedur audit untuk mendeteksi efektivitas aktivitas pengendalian.
6) Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian pada transaksi manufaktur.
b. Program audit untuk pengujian pengendalian penghitungan fisik persediaan
Transaksi
manufaktur merupakan transaksi pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi. Prosedur yang terkait dengan transaksi manufaktur adalah :
a. Order produksi
b. Permintaan dan pengeluaran barang gudang
c. Retur barang gudang
d. Pencatatan biaya tenaga kerja
e. Pencatatan pembebanan overhead pabrik serta biaya produksi selesai
f. Pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum
g. Fungsi yang terkait dalam transaksi manufaktur adalah :
1) Fungsi penjualan
2) Fungsi otorisasi produksi
3) Fungsi produksi
4) Fungsi perencanaan dan pengawasan produksi
5) Fungsi gudang
6) Fungsi akuntansi biaya
7) Fungsi akuntansi umum
8) Dokumen yang biasa digunakan dalam transaksi manufaktur adalah:
(1) Surat order produksi
(2) Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang
(3) Kartu jam kerja
(4) Bukti pengembalian barang ke gudang
(5) Bukti memorial (jurnal voucher)
(6) Bukti kas keluar
(7) Laporan produk selesai
PERSONEL DAN PENGGAJIAN
Siklus
personalia dan penggajian meliputi penggunaan tenaga kerja dan
pembayaran kesemua pegawai, tanpa memperhatikan klasifikasi atau metode
penentuan kompensasi. Pegawai dapat berupa eksekutif dengan gaji tetap
ditambah dengan bonus, pekerja kantor berdasarkan gaji bulanan dengan
atau tanpa lembur, wiraniaga berdasarkan komisi, buruh pabrik dan
pegawai serikat pekerja dibayar berdasarkan jam.
Dokumen dan catatan
a. Otorisasi personil,
b. Clock card atau time card,
c. Time ticket,
d. Register gaji atau upah,
e. Cek gaji atau upah,
f. Ringkasan distribusi biaya gaji dan upah tenaga kerja,
g. Rekening di bank yang khusus dipakai untuk membayar gaji dan upah,
h. Catatan personalia,
i. Dokumen atau otorisasi pengurangan gaji,
j. Formulir otorisasi penentuan tarif gaji dan upah,
k. Jurnal gaji dan upah.
Fungsi yang terkait
1. Fungsi penerimaan karyawan baru
2. Fungsi pengotorisasian pengubahan gaji dan upah
3. Fungsi pelaksanaan absensi dan data waktu kerja
4. Fungsi pelaksana gaji dan upah
5. Fungsi pencatatan gaji dan upah
6. Fungsi pembayaran gaji dan upah
7. Fungsi penyiapan dan pembayaran pajak penghasilan karyawan
Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap siklus penggajian dan personalia:
a. Keberadaan dan Keterjadian
1) Lakukan pengamatan terhadap pembayaran gaji dan upah dan pemisahan fungsi.
2) Lakukan pengamatan terhadap pencatatan waktu jam hadir dan jam kerja.
3) Ambil sampel daftar gaji dan upah, kartu jam hadir karyawan, dan kartu jam kerja karyawan. Dan lakukan pemeriksaan terhadap :
a) Kesahihan nama karyawan yang tercantum dalam dokumen tersebut
b) Bukti adanya pengecekan independen terhadap pembuatan dokumen tersebut.
b. Kelengkapan
1)
Periksa bukti digunakannya formulir kartu jam kerja dan kartu jam hadir
bernomor urut tercetak dan pertanggungjawaban pemakaian formulir
tersebut.
2) Ambil sampel dokumen sumber bukti kas keluar dan lakukan pengusutan ke catatan akuntansi berikut ini :
a) Daftar gaji dan upah karyawan
b) Kartu kos produk (HPP)
c) Pencatatan ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal umum
c. Penilaian atau alokasi
1) Periksa bukti adanya :
a) Persetujuan semestinya untuk setiap aktivitas tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
b) Pengecekan independen terhadap dokumen sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial).
2)
Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu
biaya dan register bukti kas keluar dan jurnal umum untuk memperoleh
keyakinan bahwa tidak terjadi kekeliruan posting jumlah moneter atau
akun.
PENDANAAN
Siklus
pendanaan berkaitan dengan transaksi mengenai penghimpunan dana dari
pihak lain baik sebagai setoran modal melalui penjualan saham maupun
utang jangka panjang. Siklus pendanaan terhubung dengan siklus
pendapatan dari penerbitan utang obligasi dan siklus pengeluaran ketika
kas dikeluarkan untuk bunga obligasi, dividen, dan penarikan kembali
atau pelunasan saham atau utang obligasi dan pembelian saham masyarakat.
Beberapa pertimbangan perencanaan audit yaitu:
a. Materialitas
b. Risiko inheren
c. Risiko prosedur analitis
d. Risiko pengendalian
e. Dokumen dan catatan yang umum
f. Fungsi dan pengendalian yang berkaitan
Dokumen dan catatan yang terkait dengan pendanaan meliputi:
a. Sertifikat saham
b. Sertifikat obligasi
c. Bond indenture
d. Broker’s advice
e. Buku jurnal
f. Buku pembantu modal saham
g. Buku pembantu obligasi
h.
Sertifikat penghentian obligasi, yaitu dokumen yang menyatakan bahwa
suatu sertifikat obligasi telah dilenyapkan karena telah dilunasi.
i. Surat perjanjian utang jangka panjang.
Fungsi yang terkait pendanaan meliputi:
1. Pengeluaran obligasi atau saham
2. Pembayaran bunga obligasi dan dividen kas
3. Penarikan kembali obligasi dan saham
4. Pencatatan berbagai transaksi pendanaan
5. Penjagaan ketepatan saldo dalam buku besar pemegang obligasi, dan pemegang saham
Prosedur pengujian pengendalian secara umum yang terkait dengan transaksi pendanaan:
a. Lakukan verifikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku pembantunya.
b. Terapkan prosedur analitikal.
c. Lakukan penelahaan terhadap otonsasi beserta kontrak-kontraknya.
d. Lakukan konfirmasi atas jangka panjang.
e. Lakukan vouching terhadap jurnal rekening utang jangka panjang.
f. Lakukan penghitungan kembali terhadap biaya bunga.
g. Bandingkan penyajian dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku
Pengujian substantif yang disarankan antara lain:
a. Lakukan verifikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku pembantunya.
b. Terapkan prosedur analitikal.
c. Lakukan penelaahan terhadap anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan.
d. Lakukan penelaahan terhadap pengeluaran saham.
e. Lakukan inspeksi buku sertifikat saham.
f. Lakukan inspeksi sertifikat saham yang berada ditangan bendahara perusahaan.
g. Lakukan vouching jurnal pada rekening utang modal saham.
h. Lakukan vouching terhadap laba yang ditahan.
i. Bandingkan penyajiannya dengan SAK yang berlaku.
INVESTASI
Pengujian substantif terhadap investasi ditujukan untuk:
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan investasi.
b.
Membuktikan asersi keberadaan saldo investasi yang dicantumkan di
neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan investasi dalam
tahun yang diaudit.
c.
Membuktikan asersi kelengkapan semua unsur investasi dan semua
transaksi yang berkaitan dengan investasi, membuktikan asersi
kepemilikan klien atas investasi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan.
d.
Membuktikan asersi kepemlikian klien atas investasi yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kewajaran penilaian investasi di neraca.
e. Membuktikan kesesuaian penyajian investasi di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor menempuh berbagai prosedur audit:
a.
Pada prosedur audit awal, auditor membuktikan apakah investasi yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang
diselenggarakan dengan mekanisme akuntansi yang andal.
b.
Pada prosedur analitik, auditor menghitung berbagai rasio (rasio
investasi sementara dengan aktiva, rasio investasi jangka panjang dengan
aktiva lancar, rate of return tiap-tiap golongan investasi) untuk
kemudian dibandingkan dengan harapan auditor.
c.
Pada pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa dokumen yang
mendukung transaksi pemerolehan dan penjualan investasi, menghitung
kembali pendapatan bungan dan dividen tahun yang diaudit, menghitung
kembali laba dan rugi yang timbul dari transaksi penjualan surat
berharga, menghitung kembali laba atau rugi yang timbul dari transaksi
penjualan investasi, memeriksa dokumen yang mendukung transaksi
pembelian surat berharga dalam periode sekitar tanggal neraca, memeriksa
dokumen yang mendukung transaksi penjualan surat berharga dalam periode
sekitar tanggal neraca, memeriksa dokumen yang mendukung pemerolehan
investasi yang dimiliki oleh klien pada tanggal neraca.
d.
Pada pengujian rinci, auditor mempelajari notulen rapat pemegang saham
dan direksi, meminta daftar surat berharga yang ada di tangan klien dan
lakukan penghitungan dan inspeksi terhadap sertifikat surat berharat
tersebut, mengirimkan konfirmasi tentang surat berharga milik klien yang
berada di tangan pihak lain, melakukan rekonsiliasi antar surat
berharga yang dihitung dengan hasil konfirmasi dan jumlah yang disajikan
neraca, melakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap polis asuransi
surat berharga, meminta informasi mengenai surat berharga yang dijadikan
jaminan penarikan utang, membandingkan metode penilaian investasi yang
digunakan oleh klien dengan prinsip akuntansi beterima umum di
Indonesia, membandingkan nilai investasi dengan harga pasar surat
berharga.
e.
Verifikasi penyajian dan pengungkapan investasi di neraca ditujukan
untuk memperoleh informasi apakah klien telah menyajikan investasi di
neraca sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dengan
pengungkapan memadai. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor
dengan cara memeriksa klasifikasi persediaan di neraca dan memeriksa
investasi jangka panjang mengenai kemungkinan sebagai alat pengendalian
perusahaan lain.
D. PERTIMBANGAN LAINNYA
1. Komunikasi dengan Komite Audit
Komite
audit atau pihak yang secara formal ditunjuk untuk mengawasi proses
pelaporan keuangan yang bertanggung jawab kepada badan yang setara
dengan komite audit (seperti komite keuangan atau komite anggaran) dan
semua perikatan dengan Bapepam. Komunikasi dapat berbentuk lisan atu
tertulis. Jika informasi dikomunikasikan secara lisan, auditor harus
mendokumentasikan komunikasi tersebut dengan catatan atau memo memadai
dalam kertas kerja. Bila auditor berkomunikasi dalam bentuk lisan,
laporan harus menunjukan bahwa hal itu hanya dimaksudkan untuk digunakan
oleh komite audit atau dewan komisaris dan jika diperlukan oleh
manajemen.
Mungkin
sudah semestinya jika manajemen melakukan komunikasi dengan komite
audit tentang masalah tertentu. Dalam keadaan tersebut, auditor harus
puas bahwa komunikasi telah benar-benar terjadi. Umumnya, tidaklah perlu
untuk mengulangi komunikasi masalah yang selalu terjadi berulang setiap
tahun. Namun, secara berkala auditor harus mempertimbangkan apakah
semestinya dan tepat waktu untuk melaporkan masalah tersebut, dengan
adanya perubahan komite audit atau hanya karena berlalunya waktu.
Masalah yang dikomunikasikan:
Tanggung Jawab Auditor Berdasarkan Standar Auditing yang Ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
Agar
komite audit memahami sifat keyakinan yang diberikan oleh suatu audit,
auditor harus mengkomunikasikan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya
mengenai masalah-masalah tersebut berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Juga penting bagi komite audit
untuk memahami bahwa standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia didesain untuk memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak,
atas laporan keuangan.
Kebijakan Akuntansi Siginifikan
Auditor
harus menentukan bahwa komite audit mendapatkan informasi tentang
pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi atau pelaksanaannya. Auditor
juga harus menentukan bahwa komite audit mendapatkan informasi tentang
metode yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan transaksi signifikan
yang tidak biasa dan dampak kebijakan akuntansi signifikan untuk isu
akuntansi yang baru atau kontroversial yang belum ada panduan atau
kesepakatan mengenai perlakuan akuntansinya dari badan berwenang.
Pertimbangan Manajemen dan Estimasi Akuntansi
Estimasi
akuntansi merupakan bagian terpadu dari laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen dan didasarkan atas pertimbangan kini manajemen.
Pertimbangan tersebut biasanya didasarkan atas pengetahuan dan
pengalaman tentang peristiwa sekarang dan masa lalau serta asumsi
tentang peristiwa masa yang akan datang. Auditor harus menentukan komite
audit mendapatkan informasi tentang proses yang digunakan oleh
manajemen dalam merumuskan estimasi akuntansi yang sangat sensitif
tersebut dan tentang dasar yang dipakai oleh auditor dalam menyimpulkan
kewajaran estimasi tersebut.
Penyesuaian Audit Signifikan
Auditor
harus memberikan informasi kepada auditee tentang penyesuaian yang
timbul dari audit yang menurut pertimbangannya dapat berdampak
signifikan atas proses pelaporan entitaas, baik secara individu atau
secara bersama-sama. Masalah yang menjadi dasar penyesuaian yang
disusulkan oleh auditor, namun tidak dicatat oleh entitas dapat secara
potensial menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan masa
yang akan datang, meskipun auditor berkesimpulan bahwa penyesuaian
tersebut tidak material bagi laporan keuangan sekarang.
Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan
Komite
audit seringkali mempertimbangkan informasi yang disusun oleh manajemen
yang menyertai laporan keuangan entitas. Perusahaan tertentu yang
menyerahkan laporan kepada Bapepam diharuskan untuk menyajikan informasi
“Analisis dan Pembahasan Umum oleh Manajemen” terhadap kondisi keuangan
dan hasil usaha dalam laporan tahunan kepada pemegang saham. Auditor
harus membicarakan dengan komite audit mengenai tanggung jawabnya atas
informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan, dan
prosedur yang telah dilaksanakan, serta hasilnya.
Ketidaksepakatan dengan Manajemen
Ketidaksepakatan
dengan manajemen dapat terjadi sehubungan dengan penerapan prinsip
akuntansi terhadap transaksi dan peristiwa khusus entitas serta basis
yang digunakan oleh manajemen untuk membuat estimasi akuntansi.
Ketidaksepakatan dapat juga timbul berkaitan dengan lingkup audit,
pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan entitas, serta
kata-kata yang digunakan oleh auditor dalam laporan auditnya. Auditor
harus membahas dengan komite audit setiap ketidaksepakatannya dengan
manajemen, baik yang dapat diselesaikan dengan memuaskan maupun yang
tidak, tentang masalah-masalah yang secara individual maupun
bersama-sama signifikan terhadap laporan keuangan entitas atau laporan
auditor.
Konsultasi dengan Akuntan Lain
Dalam
beberapa hal, manajemen dapat memutuskan untuk berkonsultasi dengan
akuntan lain tentang masalah auditing dan akuntansi. Bila auditor
mengetahui bahwa konsultasi semacam ini terjadi, ia harus membahas
dengan komite audit mengenai pandangannya terhadap masalah signifikan
yang dikonsultasikan oleh manajemen.
Isu Utama yang Dibicarakan dengan Manajemen sebelum Keputusan Mempertahankan Auditor
Auditor
harus membahas dengan komite audit mengenai isu utama yang telah
dibahas dengan manajemen yang berkaitan dengan usaha mula-mula atau
usaha selanjutnya untuk tetap mempertahankan penggunaan jasa auditor
tersebut termasuk, diantarannya, pembahasan mengenai penerapan prinsip
akuntansi dan standar auditing.
Kesulitan yang Dijumpai dalam Pelaksanaan Audit
Auditor
harus memberikan informasi kepada komite audit bila terdapat kesulitan
serius yang dijumpainya dalam berhubungan dengan manjemen mengenai
pelaksanaan audit. Hal ini termasuk, diantaranya, penundaan yang tidak
beralasan oleh manajemen mengenai saat dimulainya audit atau penyediaan
informasi yang diperlukan, dan apakah jadwal waktu yang dibuat oleh
manajemen masuk akal dalam keadaan tersebut. Masalah lain yang mungkin
dijumpai oleh auditor adalah tidak tersedianya personel klien dan
kegagalan personel klien untuk menyelesaikan daftar yang dibuat klien
pada waktunya, jika auditor menganggap masalah ini signifikan, ia harus
memberitahu komite audit.
2. Pelaporan Pengendalian Internal
Selama
melaksanakan audit, auditor mungkin mengetahui persoalan yang
menyangkut pengendalian intern yang mungkin perlu diketahui oleh komite
audit. Secara khusus, ini adalah persoalan yang menarik perhatian
auditor, yang menurut pertimbangannya, harus dikomunikasikan kepada
komite audit, karena merupakan kekurangan material dalam desain atau
operasi pengendalian intern, yang berakibat buruk terhadap kemampuan
organisasi tersebut dalam mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan
melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Kekurangan demikian dapat mencakup aspek lima komponen
pengendalian intern, yaitu: (a) lingkungan pengendalian, (b) penaksiran
risiko, (c) aktivitas pengendalian, (d) informasi dan komunikasi, dan
(e) pemantauan. Auditor mungkin juga mengidentifikasi persoalan yang
menurut pertimbangannya, bukan merupakan kondisi yang dapat dilaporkan,
namun auditor mungkin memutuskan untuk mengkomunikasikan persoalan
demikian bagi kepentingan manajemen dan bagi penerima semestinya laporan
audit lainnya.
Tujuan
auditor dalam mengaudit laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan entitas secara keseluruhan. Auditor tidak
berkewajiban mencari kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor
mungkin menemukan kondisi yang dapat dilaporkan melalui pertimbangannya
atas komponen pengendalian intern, penerapan prosedur audit terhadap
saldo akun dan transaksi, atau mungkin dengan cara lain selama
pelaksanaan audit. Ditemukan atau tidaknya kondisi yang dapat dilaporkan
akan berbeda antara satu perikatan dengan perikatan yang lain, karena
dipengaruhi oleh sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta
faktor-faktor lainnya, seperti ukuran entitas, kerumitan dan sifat serta
keanekaragaman kegiatan usahanya.
Adanya
kondisi yang dapat dilaporkan yang menyangkut desain atau operasi
pengendalian intern mungkin telah diketahui, dan dalam kenyataannya,
mungkin merupakan keputusan yang diambil dengan sadar oleh manajemen -
suatu keputusan yang diketahui oleh komite audit - untuk menerima
tingkat risiko tersebut karena pertimbangan biaya atau pertimbangan
lainnya. Hal ini merupakan tanggung jawab manajemen untuk mengambil
keputusan mengenai biaya yang akan ditanggung serta manfaat yang
bersangkutan. Auditor dapat memutuskan bahwa permasalahan tersebut tidak
perlu dilaporkan asalkan komite audit telah mengetahui kekurangan
tersebut dan memahami risiko yang bersangkutan. Secara berkala, auditor
harus mempertimbangkan, apakah karena perubahan dalam manajemen,
penerima laporan, atau hanya karena berjalannya waktu, perlu untuk
melaporkan permasalahan demikian secara tepat waktu.
Pada
waktu menentukan lingkup auditnya, auditor dan kliennya mungkin
membicarakan pengendalian intern dan berfungsi atau tidaknya
pengendalian tersebut. Klien mungkin meminta auditor untuk waspada
terhadap permasalahan tertentu. Auditor sebaiknya juga melaporkan
masalah lain, yang menurut penilaiannya, berguna untuk manajemen,
walaupun tanpa permintaan khusus untuk itu.
Lingkup
yang disepakati bersama antara auditor dan klien untuk melaporkan
kondisi yang ditemukan dapat meliputi, misalnya, adanya kondisi yang
dikemukakan oleh klien, atau hasil penyelidikan lebih lanjut dari
permasalahan yang ditemukan untuk mengidentifikasikan penyebabnya. Dalam
lingkup demikian, mungkin auditor diminta untuk mengunjungi lokasi
tertentu, menilai prosedur pengendalian tertentu, atau melaksanakan
prosedur tertentu yang tidak direncanakan sebelumnya.
3. Dampak Keberadaan Fungsi Audit Internal
Auditor
mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan
lingkup prosedur audit yang harus dilaksanakan dalam suatu audit atas
laporan keuangan entitas. Salah satu faktor adalah eksistensi fungsi
audit intern. Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan jasa
analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan
informasi lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak
lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung
jawabnya tersebut, auditor intern mempertahankan objektivitasnya yang
berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Tanggung
jawab penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja pengendalian
entitas. Pada waktu auditor berusaha memahami pengendalian intern, ia
harus berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk
mengidentifikasi aktivitas audit intern yang relevan dengan perencanaan
audit. Lingkup prosedur yang diperlukan untuk memahaminya bervariasi,
tergantung atas sifat aktivitas audit intern tersebut.
Pekerjaan auditor intern dapat berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup audit, termasuk:
a. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat berusaha memahami pengendalian intern entitas.
b. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menetapkan risiko.
c. Prosedur substantif yang dilaksanakan oleh auditor.
Meskipun
pekerjaan auditor intern berdampak terhadap prosedur audit, auditor
harus melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup untuk mendukung laporan auditor. Bukti yang diperoleh auditor dari
pengetahuan pribadi langsung termasuk pemeriksaan fisik, pengamatan,
perhitungan, dan inspeksi umumnya bersifat lebih meyakinkan dibandingkan
dengan informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
Dalam
melaksanakan audit, auditor dapat meminta bantuan langsung dari auditor
intern. Bantuan langsung berkaitan dengan pekerjaan yang secara
spesifik diminta oleh auditor dari auditor intern untuk menyelesaikan
beberapa aspek pekerjaan auditor. Sebagai contoh, auditor intern dapat
membantu auditor dalam memahami pengendalian intern atau dalam
melaksanakan pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Bila
bantuan langsung disediakan, auditor harus menentukan kompentensi dan
objektivitas auditor intern dan melakukan supervisi, review, evaluasi,
serta pengujian pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor intern yang
lingkupnya disesuaikan dengan keadaan. Auditor harus memberitahu auditor
intern mengenai tanggung jawab auditor intern tersebut, tujuan prosedur
yang dilaksanakan oleh auditor intern, serta hal-hal yang mungkin
berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup prosedur audit, seperti
masalah akuntansi dan auditing. Auditor juga harus memberitahu auditor
intern bahwa semua masalah akuntansi dan auditing signifikan yang
ditemukan oleh auditor intern selama audit tersebut, harus diberitahukan
kepada auditor.
E. LAPORAN ATAS PEMROSESAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA
Bila
suatu organisasi pemakai menggunakan suatu organisasi jasa, transaksi
yang berdampak terhadap laporan keuangan organisasi pemakai dipengaruhi
oleh pengendalian yang paling tidak, secara fisik dan operasional
terpisah dari organisasi pemakai. Kaitan antara pengendalian organisasi
jasa dengan pengendalian organisasi pemakai terutama tergantung pada
sifat jasa yang disediakan oleh organisasi jasa tersebut. Sebagai
contoh, bila jasa yang disediakan hanya terbatas pada pencatatan
transaksi pemakai dan pengolahan data yang bersangkutan, dan organisasi
pemakai tetap bertanggung jawab atas otorisasi transaksi dan
menyelenggarakan pertanggungjawaban, maka terdapat tingkat interaksi
yang tinggi antara pengendalian di organisasi jasa dengan pengendalian
di organisasi pemakai. Dalam keadaan ini, dimungkinkan bagi organisasi
pemakai untuk menerapkan pengendalian intern secara efektif terhadap
transaksi tersebut. Bila organisasi jasa melaksanakan transaksi
organisasi pemakai dan menyelenggarakan pertanggungjawaban yang
bersangkutan, maka terdapat tingkat interaksi yang rendah dan tidak
praktis bagi organisasi pemakai untuk melaksanakan pengendalian intern
terhadap transaksi tersebut. Baik tingkat interaksi maupun materialitas
transaksi yang diolah oleh organisasi jasa merupakan faktor yang paling
penting dalam menentukan signifikan atau tidaknya pengendalian
organisasi jasa dalam pengendalian intern organisasi pemakai.
Laporan
auditor jasa atas pengendalian yang diterapkan di organisasi jasa harus
membantu dalam memberikan pemahaman memadai untuk merencanakan audit di
organisasi pemakai. Namun, laporan tersebut tidak dimaksudkan untuk
memberikan bukti apa pun tentang efektivitas operasi pengendalian
relevan yang akan memungkinkan auditor pemakai mengurangi tingkat risiko
pengendalian yang telah ditentukan dibawah maksimum.
Dalam
mempertimbangkan apakah laporan auditor jasa memenuhi tujuannya,
auditor pemakai harus meminta keterangan tentang reputasi profesional
auditor jasa. Jika auditor pemakai yakin bahwa laporan auditor jasa
tidak memadai untuk memenuhi tujuannya, auditor pemakai dapat menambah
pengetahuannya mengenai prosedur dan kesimpulan auditor jasa dengan
membahas dengan auditor jasa tentang lingkup dan hasil pekerjaan auditor
jasa tersebut. Bila dipandang perlu, auditor pemakai juga dapat
menghubungi organisasi jasa, melalui organisasi pemakai, untuk meminta
dilaksanakannya prosedur yang disepakati di organisasi jasa, atau
auditor pemakai dapat melaksanakan sendiri prosedur tersebut. Pada waktu
menentukan pengendalian organisasi jasa dan bagaimana interaksinya
dengan pengendalian intern organisasi pemakai, auditor pemakai dapat
mengetahui adanya kondisi yang dapat dilaporkan.
Auditor
pemakai dilarang mengacu ke laporan auditor jasa sebagai dasar,
sebagian, untuk pendapatnya atas laporan keuangan organisasi pemakai.
Laporan auditor jasa digunakan dalam audit, namun auditor jasa tidak
bertanggung jawab untuk memeriksa satu pun bagian laporan keuangan untuk
tanggal tertentu atau periode tertentu. Oleh karena itu, tidak terdapat
pembagian tanggung jawab dalam audit atas laporan keuangan tersebut.
Auditor
jasa bertanggung jawab atas representasi dalam laporannya dan atas
penerapan secara cermat prosedur yang mendukung representasi tersebut.
Meskipun perikatan auditor jasa berbeda dengan audit atas laporan
keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia, perikatan tersebut harus dilaksanakan
berdasarkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan serta standar
pelaporan yang relevan. Sebagai hasil prosedur yang dilaksanakan di
organisasi jasa, auditor jasa dapat mengetahui unsur tindakan
pelanggaran hukum, kecurangan atau kekeliruan yang dikoreksi yang
dilakukan oleh manajemen organisasi jasa atau karyawannya yang mungkin
berdampak terhadap satu atau lebih organisasi pemakai.
Tipe
perikatan yang harus dilaksanakan dan laporan yang harus dibuat harus
ditentukan oleh organisasi jasa. Namun, bila keadaan memungkinkan,
pembicaraan antara organisasi jasa dengan organisasi pemakai sebaiknya
dilakukan untuk menentukan tipe laporan yang paling cocok untuk memenuhi
kebutuhan organisasi pemakai. Dua tipe laporan yang dapat diterbitkan
oleh auditor jasa, yaitu:
a. Laporan tentang Pengendalian yang Dioperasikan
Laporan
auditor jasa atas deskripsi pengendalian organisasi jasa yang mungkin
relevan dengan pengendalian intern organisasi pemakai, tentang apakah
pengendalian tersebut didesain memadai untuk mencapai tujuan
pengendalian tertentu, dan tentang apakah pengendalian tersebut
dioperasikan pada tanggal tertentu. Laporan tersebut bermanfaat dalam
memberikan pemahaman kepada auditor pemakai mengenai pengendalian yang
diperlukan untuk merencanakan auditnya dan untuk merancang pengujian
pengendalian yang efektif dan pengujian substantif di organisasi
pemakai, namun laporan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi
auditor pemakai untuk mengurangi penentuan risiko pengendaliannya di
bawah maksimum.
b. Laporan tentang Pengendalian yang Dioperasikan dan Pengujian Efektivitas Operasinya
Laporan
auditor jasa atas deskripsi pengendalian organisasi jasa yang mungkin
relevan dengan pengendalian intern organisasi pemakai, tentang apakah
pengendalian tersebut didesain memadai untuk mencapai tujuan
pengendalian tertentu, dan tentang apakah pengendalian tersebut
dioperasikan pada tanggal tertentu, serta tentang apakah pengendalian
yang diuji dioperasikan cukup efektif untuk memberikan keyakinan
memadai, bukan mutlak, bahwa tujuan pengendalian yang berkaitan dapat
dicapai dalam periode tertentu. Laporan tersebut bermanfaat dalam
memberikan pemahaman kepada auditor pemakai mengenai pengendalian yang
diperlukan untuk merencanakan auditnya dan untuk merancang audit dan
juga dapat memberikan dasar bagi auditor pemakai untuk mengurangi
penentuan risiko pengendaliannya di bawah maksimum.
Sumber: Berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar